Rabu, 04 Maret 2009

PMLDK se-BALI

Bismillah..
Akhirnya kami berkontribusi juga untuk dakwah kampus di Bali. 1 Maret 2009 menjadi tanggal bersejarah bagi kami. Gedung JA FKH UNUD menjadi saksi amal kami. Setidaknya dimulai dari langkah kecil ini kami akan BANGKIT! PMLDK (Pelatihan Manajerial Lembaga Dakwah Kampus) se-Bali telah sukses kami laksanakan. kurang lebih 50 peserta dari berbagai perguruan tinggi di Bali hadir. Mereka dari Nur Syiyahatina STP, KBUI PNB, PMM AL-HIKMAH UNDIKSHA, KMI UNDIKNAS, STIKOM, AKBID denpasar, dan LDK FPMI Universitas Udayana sebagai tuan rumah.
Agenda yang dilaksanakan adalah: 1. seminar oleh Puskomnas (Universitas Airlangga) dan BP Puskomnas Bali-Nusra (Universitas Mataram); 2. PMLDK oleh LDK FPMI crew; 3. Rakorwil Jarmusda Bali. Output kegiatan tersebut adalah terjalinnya komunikasi berkelanjutan antara Puskomda Bali (LDK FPMI UNUD) dengan LDK dampingannya, pengadaan mentoring di masing-masing kampus, perapian data LDK dampingan.
Kehadiran ikhwah UNDIKSHA Singaraja ke acara tersebut memiliki dua dampak (khususnya di akhwat): 1.Terharu, karena mereka sudah beberapa kali hadir di acara LDK FPMI yang diadakan di Jimbaran. Dan mereka by motorcycle dari Singaraja! Sedangkan kami selaku Puskomda Bali baru sekali jaulah ke Singaraja; 2. Menggelorakan semangat kami. ya! untuk berkontribusi se-optimal mungkin bagi dakwah kampus di Bali, bahkan melewati ambang kemampuan kami, yaitu dalam kancah nasional bahkan internasional. Insya Allah.. Kami Yakin! Allahu Akbar!!!
by.zahra_hamasah

Minggu, 14 Desember 2008

KEWAJIBAN – KEWAJIBAN SEORANG MUJAHID

Hudzaifah.org - Bagi seorang mujahid dakwah, ada kewajiban yang harus dia tunaikan dalam operasional dakwahnya. Kewajiban-kewajiban ini adalah dalam rangka membentuk pribadi mujahid untuk menjadi “batu bata yang kuat” bagi “bangunan Islam”. Untuk itu Hasan Al Banna merangkai kewajiban-kewajiban berikut ini bagi para mujahid dakwah.

Sa’id Hawwa mengatakan bahwa kewajiban di sini bukan berarti wajib dalam pengertian syar’i, tetapi lebih luas dari itu. Kewajiban-kewajiban tersebut ada di antaranya yang fardhu, ada pula yang sunah. Oleh karenanya, kata “wajib” di sini berarti segala bentuk komitmen dakwah yang dituntut oleh gerakan Islam masa kini.

Berikut ini adalah rincian kewajiban-kewajiban tersebut.

1. Hendaklah engkau memiliki wirid harian dari Kitabullah tidak kurang dari satu juz. Usahakan untuk mengkhatamkan Al Qur’an dalam waktu tidak lebih dari sebulan dan tidak kurang dari tiga hari.

2. Hendaklah engkau membaca Al Qur’an dengan baik, memperhatikannya dengan seksama, dan renungkan artinya.

3. Hendaklah engkau mengkaji Sirah Nabi dan sejarah para generasi salaf sesuai dengan waktu yang tersedia. Buku yang dirasa mencukupi kebutuhan ini minimal adalah buku Hummatul Islam. Hendaklah engkau juga banyak membaca hadits Rasulullah saw, minimal hafal empat puluh hadits; ditekankan untuk menghafal Al Arba’in An Nawawiyah. Hendaklah engkau juga mengkaji risalah tentang pokok-pokok aqidah dan cabang-cabang fiqih.

4. Hendaklah engkau bersegara melakukan general check up secara berkala atau berobat, begitu penyakit terasa mengenaimu. Di samping itu perhatikanlah faktor-faktor penyebab kekuatan dan perlindungan tubuh, serta hindarilah faktor-faktor penyebab lemahnya kesehatan.

5. Hendaklah engkau menjauhi sikap berlebihan dalam mengkonsumsi kopi, teh, dan minuman perangsang semisalnya. Janganlah engkau meminumnya kecuali dalam keadaan darurat dan hendaklah engkau menghindarkan diri sama sekali dari rokok.

6. Hendaklah engkau perhatikan urusan kebersihan dalam segala hal menyangkut tempat tinggal, pakaian, makanan, badan, dan tempat kerja, karena agama ini dibangun di atas dasar kebersihan.

7. Hendaklah engkau jujur dalam berkata dan jangan sekali-kali berdusta.

8. Hendaklah engkau menepati janji, janganlah mengingkarinya, bagaimanapun kondisi yang engkau hadapi.

9. Hendaklah engkau menjadi seorang yang pemberani dan tahan uji. Keberanian yang paling utama adalah terus terang dalam mengatakan kebenaran, ketahanan menyimpan rahasia, berani mengakui kesalahan, adil terhadap diri sendiri, dan dapat menguasainya dalam keadaan marah sekalipun.

10. Hendaklah engkau senantiasa bersikap tenang dan terkesan serius. Namun janganlah keseriusan itu menghalangimu dari canda yang benar, senyum, dan tawa.

11. Hendaklah engkau memiliki rasa malu yang kuat, berperasaan yang sensitif, dan peka oleh kebaikan dan keburukan, yakni munculnya rasa bahagia untuk yang pertama dan rasa tersiksa untuk yang kedua. Hendaklah engkau juga bersikap rendah hati dengan tanpa menghinakan diri, tidak bersikap taqlid, dan tidak terlalu berlunak hati. Hendaklah engkau juga menuntut – dari orang lain – yang lebih rendah dari martabatmu untuk mendapatkan martabatmu yang sesungguhnya.

12. Hendaklah engkau bersikap adil dan benar dalam memutuskan suatu perkara pada setiap situasi. Janganlah kemarahan melalaikanmu dari perbuatan kebaikan, janganlah mata keridhaan engkau pejamkan dari perilaku buruk, janganlah permusuhan membuatmu lupa dari pengakuan jasa baik, dan hendaklah engkau berkata benar meskipun itu merugikanmu atau merugikan orang yang paling dekat denganmu.

13. Hendaklah engkau menjadi pekerja keras dan terlatih dalam aktivitas sosial. Hendaklah engkau merasa bahagia jika dapat mempersembahkan bakti untuk orang lain, gemar membesuk orang sakit, membantu orang yang membutuhkan, menanggung orang yang lemah, meringankan beban orang yang tertimpa musibah meskipun hanya dengan kata-kata yang baik. Hendaklah engkau juga senantiasa bersegera untuk berbuat kebaikan.

14. Hendaklah engkau berhati kasih, dermawan, toleran, pemaaf, lemah lembut kepada manusia maupun binatang, berperilaku baik dalam berhubungan dengan semua orang, menjaga etika-etika sosial Islam, menyayangi yang kecil dan menghormati yang besar, memberi tempat kepada orang lain dalam majelis, tidak memata-matai, tidak menggunjing, tidak mengumpat, meminta izin jika masuk maupun keluar rumah, dan lain-lain.

15. Hendaklah engkau pandai membaca dan menulis, memperbanyak muthala’ah terhadap risalah Ikhwan, koran, majalan, dan tulisan lainnya. Hendaklah engkau bangun perpustakaan khusus, seberapapun ukurannya; kosentrasilah terhadap spesifikasi keilmuan dan keahlianmu jika engkau seorang spesialis; dan kuasailah persoalan Islam secara umum yang dengannya dapat membangun persepsi yang baik untuk menjadi referensi bagi pemahaman terhadap tuntutan fikrah.

16. Hendaklah engkau memiliki proyek usaha ekonomi; betapa pun engkau seorang kaya utamakanlah proyek yang mandiri, betapa pun kecilnya; dan cukupkanlah dengan apa yang ada pada dirimu, betapa pun tingginya kapasitas keilmuanmu.

17. Janganlah engkau terlalu berharap untuk menjadi pegawai negeri dan jadikanlah ia sebagai sesempit-sempitnya pintu rezeki, namun jangan pula engkau tolak jika diberi peluang untuk itu. Janganlah engkau melepaskannya kecuali jika ia benar-benar bertentangan dengan tugas-tugas dakwahmu.

18. Hendaklah engkau perhatikan penunaian tugas-tugasmu (bagaimana kecermatan dan kuantitasnya), janganlah menipu, dan tepatilah kesepakatan.

19. Hendaklah engkau penuhi hakmu dengan baik, penuhi hak-hak orang lain dengan sempurna tanpa dikurangi dan dilebihkan, dan janganlah menunda-nunda pekerjaan.

20. Hendaklah engkau menjauhkan diri dari judi dengan segala macamnya, apapun maksud di baliknya. Hendaklah engkau juga menjauhi mata pencaharian yang haram, betapapun keuntungan besar yang ada di baliknya.

21. Hendaklah engkau menjauhkan diri dari riba dalam setiap aktivitasmu dan sucikanlah ia sama sekali dari riba.

22. Hendaklah engkau memelihara kekayaan umat Islam secara umum dengan mendorong berkembangnya pabrik-pabrik dan proyek-proyek ekonomi Islam. Engkau pun hendaklah menjaga setiap keping mata uang agar tidak jatuh ke tangan orang non-Islam dalam keadaan bagaimanapun. Janganlah makan dan berpakaian kecuali produk negeri Islammu sendiri.

23. Hendaklah engkau memiliki kontribusi finansial dalam dakwah, engkau tunaikan kewajiban zakatmu, dan jadikan sebagian dari hartamu itu untuk orang yang meminta dan orang yang kekurangan, betapapun kecil penghasilanmu.

24. Hendaklah engkau menyimpan sebagian dari penghasilanmu untuk persediaan masa-masa sulit, betapapun sedikit, dan janganlah sekali-kali menyusahkan dirimu untuk mengejar kesempurnaan.

25. Hendaklah engkau bekerja – semampu yang engkau lakukan – untuk menghidupkan tradisi Islam dan mematikan tradisi asing dalam setiap aspek kehidupanmu. Misalnya ucapan salam, bahasa, sejarah, pakaian, perabot rumah tangga, cara kerja dan istirahat, cara makan dan minum, cara datang dan pergi, serta gaya melampiaskan rasa suka dan duka. Hendaklah engkau menjaga sunah dalam setiap aktivitas tersebut.

26. Hendaklah engkau memboikot peradilan setempat atau seluruh peradilan yang tidak Islami, demikian juga gelanggang-gelanggang, penerbitan-penerbitan, organisasi-organisasi, sekolah-sekolah, dan segenap institusi yang tidak mendukung fikrahmu secara total.

27. Hendaklah engkau senantiasa merasakan diawasi oleh Allah, mengingat akhirat dan bersiap-siap untuk menjemputnya, mengambil jalan pintas untuk menuju ridha Allah dengan tekad yang kuat, serta mendekatkan diri kepada-Nya dengan ibadah sunah, seperti shalat malam, puasa tiga hari – minimal – setiap bulan, memperbanyak dzikir (hati dan lisan), dan berusaha mengamalkan doa yang diajarkan pada setiap kesempatan.

28. Hendaklah engkau bersuci dengan baik dan usahakan agar senantiasa dalam keadaan berwudhu (suci) di sebagian besar waktumu.

29. Hendaklah engkau melakukan shalat pada saatnya, di manapun ia berada, dan seketika itu juga.

30. Hendaklah engkau berpuasa Ramadhan dan berhaji dengan baik, jika engkau mampu melakukannya. Kerjakan sekarang juga jika engkau telah mampu.

31. Hendaklah engkau senantiasa menyertai dirimu dengan niat jihad dan cinta mati syahid. Bersiaplah untuk itu kapan saja kesempatan untuk itu tiba.

32. Hendaklah engkau senantiasa memperbaharui taubat dan istighfarmu. Berhati-hatilah terhadap dosa kecil, apalagi dosa besar. Sediakanlah – untuk dirimu – beberapa saat sebelum tidur untuk mengintrospeksi diri terhadap apa-apa yang telah engkau lakukan; yang baik maupun yang buruk. Perhatikan waktumu, karena waktu itu adalah kehidupan itu sendiri. Janganlah engkau pergunakan ia – sedikit pun – tanpa guna, dan janganlah engkau ceroboh terhadap hal-hal yang syubhat agar tidak jatuh ke dalam kubangan yang haram.

33. Hendaklah engkau berjuang meningkatkan kemampuanmu dengan sungguh-sungguh agar engkau dapat menerima tongkat kepemimpinan. Hendaklah engkau menundukkan pandanganmu, menekan emosimu, dan memotong habis selera-selera rendah dari jiwamu. Bawalah ia hanya untuk menggapai yang halal dan baik, serta hijabilah ia dari yang haram dalam keadaan bagaimanapun.

34. Hendaklah engkau jauhi khamr dan seluruh makanan atau minuman yang memabukkan sejauh-jauhnya.

35. Hendaklah engkau menjauh dari pergaulan dengan orang jahat dan persahabatan dengan orang yang rusak, serta jauhilah tempat-tempat maksiat.

36. Hendaklah engkau perangi tempat-tempat iseng, jangan sekali-kali mendekatinya, serta jauhilah gaya hidup mewah dan bersantai-santai.

37. Hendaklah engkau mengetahui anggota katibahmu satu persatu dengan pengetahuan yang lengkap, dan kenalkanlah dirimu kepada mereka dengan selengkap-lengkapnya. Tunaikanlah hak-hak ukhuwah mereka dengan seutuhnya; hak kasih sayang, penghargaan, pertolongan, dan itsar. Hendaklah engkau senantiasa hadir di majelis mereka, tidak absen kecuali karena udzur darurat, dan pegang teguhlah sikap itsar dalam pergaulanmu dengan mereka.

38. Hendaklah engkau hindari hubungan dengan organisasi atau jamaah apapun sekiranya hubungan itu tidak membawa maslahat bagi fikrahmu, terutama jika diperintahkan untuk itu.

39. Hendaklah engkau menyebarkan dakwahmu di manapun dan memberi informasi kepada pemimpin tentang segala kondisi yang melingkupimu. Janganlah engkau berbuat sesuatu yang berdampak strategis kecuali dengan seizinnya.

40. Hendaklah engkau senantiasa menjalin hubungan, baik secara ruhani maupun ‘amali, dengan Jamaah dan menempatkan dirimu sebagai “tentara yang berada di tangsi yang tengah menanti instruksi komandan”.

Referensi : "Membina Angkatan Mujahid" - Sa'id Hawwa
Send this story to someonePrinter-friendly page

Sabtu, 11 Oktober 2008



SEMBILAN ENERGI POSITIF MENGATASI KEKECEWAAN DI JALAN DAKWAH
Bismillahirohmanirohim

Beberapa kisah di bawah ini bukanlah fiktif, namun benar-benar terjadi di dalam perjalanan da’wah yang mendaki lagi sukar, sebagai sebuah sunnatullah untuk memisahkan orang-orang munafiq dari barisan orang-orang yang beriman, sebagai seleksi dari Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk membedakan antara loyang dan emas. Janganlah berpecah belah, kita semua bersaudara.Janganlah merasa lebih, sesama kita.Mengapa kau patahkan pedangmu sehingga musuh mampu membobol bentengmu.Seorang ustadz berkisah tentang dua orang akhwat yang sangat tangguh dan berkualitas di jalan da’wah. Mereka ada dalam ‘satu kandang’ da’wah. Namun sangat disayangkan, hal itu justru menimbulkan persaingan da’wah yang tidak sehat di antara mereka. Futur melanda, situasi “panas” dan akhirnya seorang dari mereka melepas jilbabnya dan yang lainnya, hengkang dari jalan da’wah. Kekecewaan sangat mendalam, hingga berguguranlah mereka dari jalan yang mulia ini. “Ana tidak mau ikut-ikut (da’wah –red) lagi, habis adik-adiknya susah diatur!”, ucap seorang kader senior yang mendapat amanah sebagai mas’ul sebuah departemen lembaga da’wah. Ia memutuskan untuk tidak mau terlibat lagi dalam pergerakan da’wah. Ia mengaku kesal, kecewa dan jera dengan sikap adik-adik kampus yang “bandel” alias tidak taat pada perintahnya dan sering protes kepadanya. Kini ia berjalan sendiri di tengah dunia hedon, keluar dari lingkaran da’wah. Ia merasa “menang” dengan tindakannya itu karena ia beranggapan bahwa dengan demikian, lembaga da’wah telah kehilangan satu kadernya.Di sebuah pengajian rutin, dua orang ikhwan dalam kondisi perang dingin. Bila yang satu datang, yang lain pasti tak mau datang hingga muncul motto, “Tidak boleh ada dua singa dalam satu kandang.”Sebab-Sebab KekecewaanTidak ada asap kalau tidak ada api. Kekecewaan dapat muncul karena ada keinginan yang tidak terpenuhi, tak terpuaskan. Kecewa yang kita bicarakan adalah kecewa di jalan da’wah. Kekecewaan ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, dan penyebab kekecewaan yang seringkali terjadi adalah:Pertama, kekecewaan aktivis karena jengah melihat jurang yang dalam antara idealisme dan realitas, antara ilmu dan amal. Sebagai contoh, sang aktivis membaca shirah nabawiyah yang di dalamnya dikisahkan bagaimana indahnya ukhuwah sang nabi dan para sahabat, pun firman Allah Subhanahu wa Ta’ala bahwa, “Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara.” Tapi realitanya, ukhuwah itu tidak ia dapatkan di lapangan, justru sebaliknya. Kedua, kekecewaan akitivis yang lebih dilandasi hawa nafsu dan tipu daya syetan, karena tidak tercapainya ambisi pribadi. Contoh ambisi pribadi itu adalah, ingin menjadi pemimpin, ingin kata-katanya selalu didengar, ingin pendapatnya harus diterima, pun tidak mau menerima nasehat dari yang ia anggap “lebih rendah” dan merasa diri paling berjasa dengan motto, “Kalau bukan karena ane, ngga bakal jalan da’wah ini.”Ketiga, kekecewaan aktivis karena tidak puas dengan kebijakan-kebijakan qiyadah (pemimpin), keputusan syuro, kondisi da’wah yang selalu dibebankan padanya dan manajemen lembaga da’wah. Feed Back Positif dan NegatifTak ada manusia yang tak pernah kecewa karena sesungguhnya kecewa itu manusiawi. Hanya saja, feed back dari kekecewaan itu berbeda pada diri setiap orang. Ada orang-orang yang mampu mengatasi dan mengubah kekecewaan itu dengan energi positif yang konstruktif, namun ada juga orang-orang yang tidak mampu mengatasinya karena lebih didominasi energi negatif yang desdruktif. Kekecewaan tak lagi syar’i bila didasari hawa nafsu, dan bukan atas dasar kebenaran (al haq). Tak lagi rasional bila kemudian berubah menjadi kedengkian dan kebencian yang menghancurkan diri sendiri dan memporak-porandakan teman-teman di sekelilingnya, menjadi duri dalam daging. Maka motto yang sebaiknya ada dalam diri kita adalah, “Jangan terlalu banyak menuntut, jadikan diri kita bermanfaat bagi orang lain.” 9 Energi PositifAda sembilan energi postif yang dapat menjadi bahan bakar di dalam jiwa untuk mengatasi kekecewaan yang melanda, yaitu: 1. Tentara terdepanmu adalah keikhlasan “Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan……..” (QS. An Nisaa: 125)Meminjam istilah dari sebuah artikel yang pernah penulis baca, Tentara Terdepanmu adalah Keikhlasan. Istilah ini sangat tepat karena memang keikhlasan adalah garda terdepan kita untuk menghadapi segala rintangan di jalan da’wah. Keikhlasan membuat kita tak kenal lelah dan tak kenal henti dalam menyampaikan Al Haq karena tujuan kita hanya satu, Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jika tujuan kita menyimpang kepada yang sifatnya duniawi, maka saat tujuan itu tak tercapai, kita akan mudah kecewa dan berbalik ke belakang. Bila berda’wah lantaran mengharapkan apa-apa yang ada pada manusia, berupa penghormatan, penghargaan, pengakuan eksistensi diri, popularitas, jabatan, pengikut dan pujian, maka hakekatnya kita telah berubah menjadi hamba manusia, bukan lagi hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kisah yang sangat menarik ketika Khalid bin Walid selaku panglima perang yang notabene sangat berjasa bagi kaum muslimin, tiba-tiba diturunkan jabatannya menjadi prajurit biasa, oleh Khalifah Umar bin Khattab. Namun Umar melakukan itu karena melihat banyaknya kaum muslimin yang mengelu-elukan kepahlawanan dan cenderung mengkultuskan Khalid, sehingga Umar khawatir hal itu akan membuat Khalid menjadi ujub (bangga diri), yang dapat berakibat hilangnya pahala amal-amal Khalid di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Dan subhanallah…., Khalid tidak marah ataupun kecewa karena jabatannya diturunkan, bahkan ia tetap turut berperang di bawah komando pimpinan yang baru. Ketika ditanya tentang hal itu, Khalid menjawab dengan tenang, “Aku berperang karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, bukan karena Umar. “ 2. Harus Tahan Beramal Jama’i“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada Tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai……” (QS. Ali Imran: 103)Beramal jama’i itu jalannya tak selalu datar, ada kalanya mendaki, karena dalam beramal jama’i, kita akan menemui berbagai macam sifat manusia, berbagai pemikiran, fitnah dari luar, pun dari dalam. Namun bagaimanapun buruknya kondisi jamaah, tetap saja amal jama’i itu lebih baik dan lebih utama daripada sendirian. Ali bin Abi Thalib berkata, “Keruhnya amal jama’i, lebih aku sukai daripada jernih sendirian.“ Kekuatan utama kita adalah persatuan kaum muslimin. Sesungguhnya kekalahan kita saat ini bukanlah karena kehebatan bersatunya kaum kuffar, tetapi karena tidak bersatunya kaum muslimin. “Kejahatan yang terorganisir akan mampu mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir.”Orang-orang yang memisahkan diri dan lari dari barisan da’wah, sesungguhnya tidak akan membuat barisan da’wah itu melemah atau kehilangan kader, justru barisan itu akan semakin solid dan kokoh karena mengindikasikan yang tergabung di dalamnya, tinggallah orang-orang yang teruji memiliki jiwa-jiwa pemersatu. Inilah sebuah sunnatullah yang senantiasa berlaku untuk membedakan antara loyang dan emas. Jadi, kita harus tahan beramal jama’i !3. Bermanfaat bagi orang lainRasulullah Shalallahu Alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (HR. Qudhy dari Jabir).Bila kita melihat ukhuwah dalam barisan da’wah ternyata belum seindah seperti shirah yang kita baca, atau ternyata hijab di lembaga da’wah amat cair, maka adalah sangat wajar bila kita kecewa. Tetapi kekecewaan itu janganlah dipelihara, jangan justru membuat kita bersungut-sungut, menuntut lebih, berkeluh kesah, apatah lagi sampai memisahkan diri dari barisan. Mari ubah sudut pandang, dan kita tekankan bahwa segala kekurangan yang ada pada barisan da’wah adalah justru menjadi kewajiban kita untuk membenahinya. “Jangan banyak menuntut, jadikan diri kita bermanfaat bagi orang lain.”4. Penuhi hak sesama muslim- Saling menasehati. (QS. Al Ashr: 1-3)Kekurangan dalam diri qiyadah, jundi, lembaga, manajemen, hendaknya disampaikan dalam bentuk nasehat. Untuk yang sifatnya pribadi - sebagai adab nasehat- adalah disampaikan tidak dalam forum, tetapi disampaikan pribadi, berdua saja, dalam rangka saling berpesan untuk nasehat menasehati dalam menetapi kesabaran. Karena bila kita memberi nasehat dihadapan orang banyak, maka itu sama saja dengan membuka aibnya dan menjatuhkannya, apalagi bila sampai melakukan sidang layaknya menghakimi terdakwa. Sangatlah tipis perbedaan antara orang yang ingin menasehati karena landasan kasih sayang, dengan orang yang menasehati karena sekaligus ingin membuka aib saudaranya, sehingga membuat diri yang dinasehati seakan lebih rendah, dari yang menasehati. - Lemah lembut. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang salah satu ciri jundullah (tentara Allah), yaitu ”…….yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu’min………” (QS. Al Maidah: 54)- Jangan dengki. Rasulullah Shalallahu Alaihi wa sallam bersabda, “Takutlah kamu semua akan sifat dengki sebab sesungguhnya dengki itu memakan segala kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar.” (Riwayat Abu Daud dari Abi Hurairah)- Jangan suudzon. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain………” (QS. Al Hujuurat: 12)- Berendah Hatilah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman.” (QS. An Naml: 215)- Jangan Berbantahan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “…..dan Janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menjadikan kamu gentar, dan hilang kekuatanmu…….”(QS. Al Anfaal:46). Berbantah-bantahan sesama kita, padahal musuh di luar, sudah siap menerkam. 5. Musuh terbesar kita adalah syetan Musuh kita bukanlah seorang muslim, apatah lagi sesama aktivis. Musuh terbesar kita adalah iblis dan bala tentaranya. Mereka senantiasa akan merusak ukhuwah kita dari kiri, kanan, depan, dan belakang (QS. Al A’raf: 17). Hendaknya kita senantiasa ingat akan janji iblis untuk menyesatkan hamba-hamba-Nya (QS. Al Israa:62). Ini akan menjadi landasan kita untuk selalu menatap saudara kita dengan penuh kasih sayang karena boleh jadi saat saudara kita menyakiti kita, adalah lantaran banyaknya syetan di sekelilingnya yang terus menerus membisikinya untuk membenci kita, demikian pula sebaliknya, bisa jadi syetan menghembuskan prasangka-prasangka di dalam benak kita. Maka, mari kita jadikan syetan sebagai musuh bersama. 6. Sukses da’wah bukanlah karena kehebatan kita Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Maka, bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka. Dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar…” (Al Anfâl: 1)Ayat ini menyatakan bahwa kemenangan dalam medan peperangan, pun dalam suksesnya da’wah, bukanlah karena kepintaran kita dalam membuat strategi da’wah, tetapi tak lebih karena pertolongan dari Allah. Jika tidak, maka apa bedanya kita dengan Qarun yang berkata, “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku…..” (QS. Al Qashash:78). Dan kita lihat bagaimana ending kehidupan dari Qarun yang ditenggelamkan Allah Subhnahu wa Ta’ala ke perut bumi. 7. Mujahid itu teman kita sendiriMujahid dan mujahidah itu sesungguhnya ada di sekeliling kita, di dekat kita. Ya, bisa jadi mereka adalah teman-teman kita sendiri. Maka sangat aneh bila kita kerap kali menitikkan air mata saat ingat mujahid-mujahid di Palestina, Iraq, Chechnya, Afghanistan, dan lain-lain, tetapi dengan saudara-saudara mujahid di sesama lembaga saja, kita tidak bisa berlapang dada. 8. Ingat Kematian Rasulullah Shalallahu Alaihi wa sallam bersabda, “Perbanyaklah kalian mengingat mati, sebab seorang hamba yang banyak mengingat mati, maka Allah akan menghidupkan hatinya, dan Allah akan meringankan baginya rasa sakit saat kematian.”9. Doakan di shalat malam kitaDoa adalah senjata orang-orang beriman dan bila kita mendoakan saudara muslim kita tanpa sepengetahuannya, maka para malaikat akan berkata, “untuk kamu juga…”. Rasulullah Shalallahu Alaihi wa sallam bersabda, "Tidak seorang Muslim pun mendoakan kebaikkan bagi saudaranya sesama Muslim yang berjauhan melainkan malaikat mendoakannya pula. Mudah-mudahan engkau beroleh kebaikkan pula." (HR. Muslim)PenutupMenyatakan diri sebagai orang beriman, sebagai seorang du’at (pengemban da’wah), sebagai seorang aktivis da’wah, sesungguhnya mengandung konsekuensi yang tidak ringan. Yaitu kita senantiasa akan mendapat ujian keimanan dari sang pemilik 99 Al Asmaul Husna. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan (begitu saja), sedang Allah belum mengetahui (dalam kenyataan) orang-orang yang berjihad di antara Kamu………. “ (QS. 9:16). Dan di surat lainnya, “Apakah kamu mengira kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu cobaan sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan serta macam-macam cobaan." (QS. Al-Baqarah:214)Tersenyumlah dalam duka dan tenanglah dalam suka. Insya Allah dengan mengingat sembilan energi positif, akan membuat kita bersabar, dan enggan berpisah dari jalan da’wah ini. “Dan janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. “ (QS. Ali Imran: 139).

Selasa, 16 September 2008

Bikin Hidup Lebih Hidup Dengan Puasa
Oleh : puguh wp, SKH

Semua amal anak Adam dapat dicampuri kepentingan hawa nafsu, kecuali puasa. Maka sesungguhnya puasa itu semata-mata untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya (Hr. Bukhari Muslim).
Pernahkan Anda melihat seekor ulat bulu? Bagi kebanyakan orang, ulat bulu memang menjijikkan bahkan menakutkan. Tapi tahukah Anda kalau masa hidup seekor ulat ini ternyata tidak lama. Pada saatnya nanti ia akan mengalami fase dimana ia harus masuk ke dalam kepompong selama beberapa hari. Setelah itu ia pun akan keluar dalam wujud lain : ia menjelma menjadi seekor kupu-kupu yang sangat indah. Jika sudah berbentuk demikian, siapa yang tidak menyukai kupu-kupu dengan sayapnya yang beraneka hiasan indah alami? Sebagian orang bahkan mungkin mencari dan kemudian mengoleksinya bagi sebagai hobi (hiasan) ataupun untuk keperluan ilmu pengetahuan.
Semua proses itu memperlihatkan tanda-tanda Kemahabesaran Allah. Menandakan betapa teramat mudahnya bagi Allah Azza wa Jalla, mengubah segala sesuatu dari hal yang menjijikkan, buruk, dan tidak disukai, menjadi sesuatu yang indah dan membuat orang senang memandangnya. Semua itu berjalan melalui suatu proses perubahan yang sudah diatur dan aturannya pun ditentukan oleh Allah, baik dalam bentuk aturan atau hukum alam (sunnatullah) maupun berdasarkan hukum yang disyariatkan kepada manusia yakin Al Qur'an dan Al Hadits.
Jika proses metamorfosa pada ulat ini diterjemahkan ke dalam kehidupan manusia, maka saat dimana manusia dapat menjelma menjadi insan yang jauh lebih indah, momen yang paling tepat untuk terlahir kembali adalah ketika memasuki Ramadhan. Bila kita masuk ke dalam 'kepompong' Ramadhan, lalu segala aktivitas kita cocok dengan ketentuan-ketentuan "metamorfosa" dari Allah, niscaya akan mendapatkan hasil yang mencengangkan yakni manusia yang berderajat muttaqin, yang memiliki akhlak yang indah dan mempesona.
Inti dari badah Ramadhan ternyata adalah melatih diri agar kita dapat menguasai hawa nafsu. Allah SWT berfirman, "Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggalnya." (QS. An Nazii'at [79] : 40 - 41).
Selama ini mungkin kita merasa kesulitan dalam mengendalikan hawa nafsu. Kenapa? Karena selama ini pada diri kita terdapat pelatihan lain yang ikut membina hawa nafsu kita ke arah yang tidak disukai Allah. Siapakah pelatih itu? Dialah syetan laknatullah, yang sangat aktif mengarahkan hawa nafsu kita. Akan tetapi memang itulah tugas syetan. apalagi seperti halnya hawa nafsu, syetan pun memiliki dimensi yang sama dengan hawa nafsu yakni kedua-duanya sama-sama tak terlihat. "Sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata bagimu, maka anggaplah ia sebagai musuhmu karena syetan itu hanya mengajak golongannya supaya menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala," demikian firman Allah dalam QS. Al Fathir [25] : 6).
Akan tetapi kita bersyukur karena pada bulan Ramadhan ini Allah mengikat erat syetan terkutuk sehingga kita diberi kesempatan sepenuhnya untuk bisa melatih diri mengendalikan hawa nafsu kita. Karenanya kesempatan seperti ini tidak boleh kita sia-siakan. Ibadah shaum kita harus ditingkatkan. Tidak hanya shaum atau menahan diri dari hawa nafsu perut dan seksual saja akan tetapi juga semua anggota badan kita lainnya agar mau melaksanakan amalan yang disukai Allah. Jika hawa nafsu sudah bisa kita kendalikan, maka ketika syetan dipelas kembali, mereka sudah tunduk pada keinginan kita. Dengan demikian, hidup kita pun sepenuhnya dapat dijalani dengan hawa nafsu yang berada dalam keridhaan-Nya. Inilah pangkal kebahagiaan dunia akhirat. Hal lain yang paling utama harus kita jaga juga dalam bulan yang sarat dengan berkah ini adalah akhlak. Barang siapa membaguskan akhlaknya pada bulan Ramadhan, Allah akan menyelamatkan dia tatkala melewati jembatan shirat di mana banyak kaki tergelincir, demikianlah sabda Rasulullah SAW.
Pada bulan Ramadhan ini, kita dianggap sebagai tamu Allah. Dan sebagai tuan rumah, Allah sangat mengetahui bagaimana cara memperlakukan tamu-tamunya dengan baik. Akan tetapi sesungguhnya Allah hanya akan memperlakukan kita dengan baik jika kita tahu adab dan bagaimana berakhlak sebagai tamu-Nya. Salah satunya yakni dengan menjaga puasa kita sesempurna mungkin. Tidak hanya sekedar menahan lapar dan dahaga belaka tetapi juga menjaga seluruh anggota tubuh kita ikut shaum.
Mari kita perbaiki segala kekurangan dan kelalaian akhlak kita sebagai tamu Allah, karena tidak mustahil Ramadhan tahun ini merupakan Ramadhan terakhir yang dijalani hidup kita, jangan sampai disia-siakan.
Semoga Allah Yang Maha Menyaksikan senantiasa melimpahkan inayah-Nya sehingga setelah 'kepompong' Ramadhan ini kita masuki, kita kembali pada ke-fitri-an bagaikan bayi yang baru lahir. Sebagaimana seekor ulat bulu yang keluar menjadi seekor kupu-kupu yang teramat indah dan mempesona, amiin.

Minggu, 24 Agustus 2008

AJEG BALI TERANCAM...

Oleh : Puguh WP, S.KH

Belum lama ini masyarakat Bali digegerkan dengan isu akan di bangunnya lokalisasi atau dengan kata lain akan dilegalkannya praktik prostitusi di pulau seribu pura ini. Tidak tanggung-tanggung yang mewacanakan rencana pembangunan lokalisasi Pekerja Seks Komersial (PSK) ini langsung dikomandani oleh Wakil Gubernur Bali IGN Alit Kesuma. Sebentar lagi Bali akan bertambah julukan sebagai "Pulau 1001 Malam". Pasalnya, sebuah diskusi di gedung Wiswa Sabha, Kantor Gubernur Bali, Selasa (30/10) lalu, menurut berita sebuah koran, menyetujui lokalisasi PSK di Bali. Rembug yang diprakarsai Wagub Bali, Alit Kusuma Kelakan, itu tidak saja diikuti para tokoh dan pakar, juga anggota DPRD beberapa kabupaten, Majelis Desa Pekraman (MDP), Sabha Walaka PHDI dan spiritualis Ashram Gandhi. Wacana lokalisasi PSK mendapat sokongan dari banyak elemen! Luar biasa, wacana lokalisasi seakan-akan sudah menjadi etos perjuangan yang melahirkan seorang pahlawan. Lazimnya perjuangan, apakah mereka yang menyokong disebut para patriot dan yang menentang disebut musuh atau pengkhianat?"
Diantara penyokong lokalisasi ada yang berkomentar, Bali jangan seperti kapal Titanic yang dianggap kokoh, tapi nyatanya tenggelam dengan mudah dan tinggal kenangan. Analogi itu dikaitkan dengan paparan seorang akademisi bergelar profesor yang juga pakar HIV-AIDS, bahwa ada 4.000 orang yang positif terjangkit AIDS di Bali. Di antara 7.500 PSK yang menjajakan kenikmatan seksual di pulau ini, 20 persen mengidap positif penyakit yang belum ada obatnya itu. Kondisi real ini, bagi mereka yang berdiskusi di Wiswa Sabha, dianggap tidak bisa dihindarkan, lalu opsi lokalisasi disetujui sebagai pamungkas. Gampang benar!". "Dengan lokalisasi, kegiatan para penjaja lendir, kata Alit Kelakan, tak seperti sekarang, dimana keberadaan PSK tidak diakui, namun banyak 'pegawai berbaju dinas' minta uang. Lebih lanjut Alit Kelakan juga menuturkan jika langkah revolusioner tak segera diambil, maka Bali tinggal menunggu munculnya 'tsunami' HIV/AIDS seperti di Papua dan Afrika. "Apapun pro kontra yang ada, saya akan tetap jalan," tegas Kelakan. Dia juga menambahkan bahwa masyarakat Bali harus mau mengakui hal itu (lokalisasi) untuk kemudian dicarikan solusi mengatasinya secara kemanusiaan. Langkah yang akan ditempuh dalam waktu dekat yakni dengan menggandeng germonya untuk turut mengawasi perilaku PSK. Dengan begitu, PSK tidak akan bisa berkeliaran di sembarang tempat dan pemeriksaan kesehatan rutin bisa dilakukan.
Sudah tentu masalah ini menarik perhatian banyak kalangan terutama para agamawan Bali. Sebagaimana Dewa Ngurah Swastha yang anggota Majelis Desa Pekraman (MDP) Bali saja seperti marah besar ketika mendengar persetujuan atas lokalisasi PSK itu. Dia yang mengaku berada di Jakarta saat rembug di Wiswa Sabha dilaksanakan, berkomentar, ”Mereka yang setuju itu pasti bukan berdarah Bali”. MDP sebagai lembaga jelas tidak setuju, mungkin ada oknum congek yang setuju. Harus dilawan, apa pun pertimbangannya!” Malah rekannya di lembaga yang sama, A.A. Ngurah Arnawa, mengatakan tak tahu menahu masalah lokalisasi itu. Inilah kebiasaan mencatut yang sudah mendarah daging, bukan hanya uang, nama rakyat pun dicatut. Nada protes itu juga di lontarkan oleh Gerakan Mahasiswa Hindu Anti Lokalisasi PSK, mereka tidak sepakat dengan rencana pembangunan lokalisasi PSK dan kami tidak menginginkan pulau seribu pura ini akan berubah menjadi pulau seribu PSK.
Dalam hal ini PUSKOMDA Bali secara tegas menolak dengan rencana Wakil Gubernur Bali IGN Alit Kelakan dalam rencananya membangun lokalisasi PSK. Hal ini disebabkan karena :
Jelas-jelas praktek pelacuran dilarang secara tegas dalam Syariat Islam
Pembangunan lokalisasi bukanlah satu-satu jalan yang mujarab untuk membendnung angka kejadian HIV-AIDS, karena secara tidak langsung dengan pembangunan lokalisasi PSK itu seolah-olah Bali merestui dengan adanya budaya free sex yang sekarang saja sudah seakan menjadi lauk-pauk bagi kehidupan kaum muda di Bali dan hal ini akan berdampak pada dekadensi moral yang sudah tidak berbentuk ini menjadi hancur lebur. Tidak dapat dipungkiri lagi jika hal ini terus berjalan Bali akan hancur karena generasi muda dan masyarakatnya meremukkan bangunannya dengan prostitusi, kasino, narkoba, HIV- AIDS, korupsi, dll.
PUSKOMDA Bali merupakan bagian dari masyarakat yang peduli akan masa depan Bali, menuju Bali yang Ajeg dan lebih maju
Mengajak dan menghimbu kepada seluruh elemen masyarakat Bali khususnya para pemudanya untuk melakukan gerakan kembali kepada moral dan agama.

Dampak Berbagai Harokah Islamiah Bagi Perkembangan Dakwah
Di Pulau Bali

Oleh : Puguh WP, S.KH
A. Latar Belakang

Daerah seribu pura, merupakan kata-kata yang tepat diberikan untuk pulau Bali. Karena merupakan suatu hal yang nyata bahwa di pulau Bali adalah basis dari salah satu agama yang diakui oleh Negara Republik Indonesia, yakni agama Hindhu. Hal ini dikuatkan dengan data statistik bahwa hampir 90% dari keseluruhan penduduk Bali adalah pemeluk agama hindhu. Disamping itu kekuatan budaya yang dimiliki oleh masyarakat Bali merupakan suatu nilai tambah tersendiri dalam tetap exsisnya Hindhu Bali meskipun agama ini merupakan agama yang sangat kecil jika dikonversikan dengan agama islam secara nasional.

Di sisi lain perkembangan dakwah islam juga tidak kalah pesatnya, berbagai sistem, wajihah dan pergerakan islam tumbuh dan berkembang di Indonesia secara umum. Hal ini tidak luput dari perjalanan sejarah umat islam di Indonesia dimana dalam perjalanannya umat islamlah yang mengukir sejarah kemerdekaan Republik Indonesia ini. Berangkat dari situlah kebesaran dan kekuatan islam tidak dapat dipungkiri lagi di indonesia, karena hampir 95% penduduk Indoensia adalah memeluk agama Islam. Permasalahan justru muncul dari sana, dimana dari kekuatan tersebut muncul dan berkembanglah berbagai macam aliran gerakan Islamiah yang mana dengan banyaknya berbagai gerakan dakwah tersebut kekutan islam menjadi terpecah sehingga dengan kondisi seperti ini sangat rawan sekali terhadap infeksi dan gelombang pemberontakan dari luar.

Komunitas pemeluk agama Islam khususnya di pulau Bali sebagaian besar adalah penduduk non pribumi khususnya berasal dari daerah tetangga yakni Jawa (Banyuwangi) dan Pulau Lombok. Hal ini terbukuti dengan masih sedikit terciumnya kebudayaan-kebudayaan islam di Bali dengan budaya-budaya dari Jawa, seperti Islam didaerah Singaraja, Denpasar, Jembrana, Tabanan ataupun dari pulau Lombok seperti daerah Karangasem, Klungkung dan sebagainya.

Merupaka suatu kewajaran ketika suatu keolompok yang minoritas berada pada lingkungan yang mayoritas maka, disana akan muncul berbagai permasalaha-permasalahn yang tentunya berkaitan erat dengan keberlangsungan dakwah Islam. Mengacu pada berbagai kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh masyarakat Bali dalam hal ini adalah pemeluk agama Hindhu dengan budaya khas Balinya serta kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh Islam dengan tanpa mengesampingkan asal pemeluk Islam itu sendiri (baik dari jawa maupun dari pulau Lombok) maka munculah beberapa pertanyaan besar yang antara lain seperti :
1. Apa yang dapat dilakukan oleh Islam khususnya di Bali untuk keberlangsungan Dakwah Islam dengan kondisi heterogennya aliran gerakan Dakwah dengan tanpa mengesampingkan umat Islam yang minoritas di Pulau Bali ini
2. Seberapa besar peran pihak kampus dalam hal ini mahasiswa Islam yang selayaknya sebagai suatu agen penetral terhadap kondisi heterogennya gerakan dakwah


B. Tujuan Dan Manfaat
Pembuatan makalah ini bertujuan sebagai salah satu bentuk refleksi pemikiran terhadap seberapa pontensialnya masa depan Dakwah Islam di pulau Bali ini dan pemberian suatu wacana terhadap aktivis dakwah kampus khususnya sehingga setidaknya memiliki ”kesadaran posisi” sehingga tidak kehilangan arah dalam berjalan dijalan dakwah Islam.

Terbukanya wacana baru terhadap kondisi dakwah di Pulau Bali merupakan harapan besar bagi penulis sehingga setidaknya dalam melangkah dijalan dakwah Islam yang mulia ini tidak membabi buta dan dapat menjalakanya dengan cerdas dan ikhlas.

PEMBAHASAN

Pada prinsipnya sudah jelas diterangkan dalam Al-qur’an bahwasanya tidak ada suatu paksaan dalam ber-Islam, akan tetapi Alloh SWT juga menerangkan dalam Al-qur’an bahwasanya terdapat kriterua-kriteria orang yang berhak untuk mendapatkan nikmat dari-Nya. Sebagaimana Alloh menerangkan dalam Firman-Nya :”Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (islam);sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu, barang siapa yang ingkar kepada Tagut dan beriman kepada Alloh, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Alloh maha mendengar lagi Maha Mengetahui”. (al-baqoroh 256). Dalam ayat yang telah tersebut diatas sudah sangat jelas bahwa sebenarnya bukan Alloh SWT yang membutuhkan yang butuh dengan ibadah-ibadah kita (umatnya/manusia), akan tetapi kitalah sebgai manusia ciptaan Alloh SWT yang selayaknya menjalankan apa yang telah diperintahkan oleh-Nya dan menjauhi segala apa yang menjadikan larangan-Nya. Salah satu perintah dari Alloh SWt adalah kewajiban kita untuk menyerukan kebaikan dalam hal ini lebih populer kita sebut sebagai ”dakwah” karena hanya dengan melkasanakan perintah-perintah-Nyalah kita dapat memberikan sesuatu alam transaksi jual beli dengan Alloh SWT sebagaimana disebutkan dalam Al-qur’an yang artinya ” Wahai orang-orang yang beriman ! maukah kamu Aku tunjukan suatu perdagangan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih ?? (yaitu) kamu beriman kepada Alloh SWT dan Rasul-Nya berjihad dijalan Alloh dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya”. (As-Saff 10-11).
Menjadi sebuah kewajaran ketika setiap orang memliki pemahaman yang berbeda mengenai perintah untuk mnyeru ke jalan Alloh (berdakwah), dan masalah furu’ menurut imam syahid hasan al-banna dalam bukunya Risalah pergerakan I mengatakan bahwa musibah terbesar yang menimpa kaum muslimin adalah perpecahan dan kamipun menyakini bahwa apa yang membuat kaum Muslimin menang kembali adalah cinta kasih dan persatuan. Umat ini tidak akan menjadi baik kecuali dengan apa yang telah membuat baik generasi pertamanya. Inilah prinsip dasar dan sasaran yang harus diketahui oleh setiap muslim. Disamping itu menurut Hassan al-banna dalam bukunya yang sama menyebutkan bahwa permasalahan furu’ merupakan suatu hal yang niscaya, mustahil manusia dapat bersatu dalam masalah-masalah tersebut karena ada beberapa alasan sebagai berikut : (a) Perbedaan kapasistas intelektual dalam memahami dan menangkap kedalaman makna dalil serta dalam mengambil keputusan hukum. Padahal agama Islam adalah agama yang bersumber dari al-qur’an dan hadist yang kemudian diinterpretasi oleh akal manusia berdasarkan struktur bahasanya. Dan yang secara umum kita ketahui, terdapat perbedaan kapasitas intelektual yan sangat bervariasi di kalangan manusia,sehingga perbedaan diantara mereka itu niscaya adanya (b) Perbedaan dalam hal keluasan ilmu para ulama. Maka sangat mungkin ada suatu hadist atau ilmu tertentu yang sampai kepada ulama tertentu dan belum sampai kepada ulama yang lainnya. Begitu seterusnya sehingga Imam Malik berkata kepada Abu Ja’far, ”Sesungguhnya para sahabat Rasulullah SAW telah mendatangi seluruh kota dan setiap kaum itu memiliki ilmu tertentu. Maka jika seseorang ingin menggiring mereka pada satu pendapat, niscaya upaya itu hanya akan menimbulakan fitnah”. (c) Perbedaan lingkungan yang antara lain menyebabkan terjadinya perbedaan dalam pola penerapan hukum. Itulah yang menyebabkan Imam Syafi’i memberikan fatwa lama (qaul qadim) di Irak kemudian memunculkan fatwa baru (qaul jadid) ketika beliau berada di Mesir.Yang beliau lakukan dalam hal ini tidak lebih dari memutuskan hukum berdasakan dalil yang cukup kuat menurut beliau, disamping itu beliau juga memilih yang paling tepat dan maslahat sesuai dengan kondisi kedua kota tersebut. (d) Perbedaan ketenangan hati dalam menerima suatu riwayat. Maka terkadang anda melihat perawi tertentu dianggap ”tsiqoh” oleh Imam fulan dan karenannya andapun menerimanya sementara tidak demikian menurut ulama yang lainnya, karena informasi tertentu yang mungkin tiak diketahui oleh yang pertama. (e) Perbedaan dalam menentukan tingkat kekuatan dalil kepada hukum tertentu. Maka mungkin ada ulam ayang mendahulukan perbuatan sahabat atas khabar ahad (hadist yang diriwatkan oleh satu orang), sementara yang lain tidak melihat demikian.
Dengan kondisi yang serba majemuk inilah sebenarnya umat Islam membutuhkan suatu bentuk persatuan umat sehingga kebangkitan Islam dapat terwujud. Kondisi justru berbalik 180O umat Islam pada saat ini justru sibuk dengan perbedaan-perbedaan yang, perbedaan-perbedaan yang sebenarnya tidak layak untuk diperdebatkan bahkan yang lebih ekstrim terjadi gesekan-gesekan memanas yang mungkin hanya karena perbedaan madzab atupun fikih saja. Hal ini sangat disayangkan karena kita justru telah mengesampingkan agenda besar kebangkitan umat Islam.
Di pulau Bali dengan kondisi yang ada pada dasarnya dapat dilakukan suatu upaya untuk men”sinkronkan” gerak dakwah dari setiap harokah yang ada. Artinya apa, ketika menyangkut masalah furu’ dan memang tidak bisa diganggu gugat lagi seperti yang telah disebutkan diawal tadi, akan tetapi setikdaknya semua masih memiliki suatu bentuk keterikatan yakni keterikatan aqidah terhadap Alloh SWT. Dalam tataran teknis menyangkut masalah tersebut diatas meskipun penyatuan gerakan dirasa tidak mungkin dilakukan, hal kecil yang memiliki imbas besar terutama bagi keberlangsungan perkembangan Islam ini di bali adalah selayaknya tiap aliran gerakan dakwah tersebut tetap harus menjaga dan mengamalkan nilai-nilai aqidah yang telah Alloh perintahkan kepada kita semua sebagai umat-Nya. Contoh sederhana adalah dengan memakmurkan masjid sebagi pusat aktivitas dan kegiatan keseharian, karena dengan hal ini kita sebagai umat Islam setidaknya mampu menunjukan betapa besar dan penting Ukhuwah dalam Islam sehingga orang yang melihat terutama orang-orang yang masih bimbang dijalan Islam ataupun orang-orang non muslim mampu memberikan suatu penilaian yang positif terhadap Islam itu sendiri. Kedua adalah dengan cara menjadikan pribadi-pribadi muslim tersebut sebgaai tauladan dalam segala segmen aktivitas keseharian baik itu dalam dunia kerja, pergaulan dan sebagainya misalnya dengan bekerja tepat waktu, jujur, dapat dipercaya, sehingga lagi-lagi penilaian yang positif terhadap pribadi-pribadi muslim dapat kita kantongi. Hal ini membutuhkan kebesaran hati bagi setiap pribadi yang mengikrarkan dirinya sebagai seorang muslim untuk selalu meningkatkan kualitas dirinya dengan sedikit menekan kesombongan hati yang ada, karena tidak sedikit harokah-harokah Islam yang ada justru bukan memberikan suatu tauladan bagi umat akan tetapi malah menjadi pusat pembicaran yang jelek oleh masyarakat dan hal ini sangat wajar berlaku di Pulau Bali karena keberadaan kita yang minoritas menjadikan kita (umat Islam) menjadi pusat perhatian bagi seluruh umat yang ada di pulau Bali baik itu dari kalangan Hindhu, Budha, Krinten dan sebagainya. Ketiga, Adalah senantiasa melakukan evaluasi besama dengan seluruh harokah-harokah yang ada untuk mengetahui sejauh mana kontribusi yang telah diberikan bagi keberlangsungan dakwah Islam di Bali, sehingga jalan dakwah yang sudah mulai terseok dapat kembali lurus dengan media evaluasi tersebut.
Mahasiswa dengan segala label yang melekat padanya mepunyai posisi strategis dalam masalah ini, karena lagi-lagi mahasiswa menempati suatu segmen yang netral artinya tidak banyak interfensi dan sangkut pautnya terhadap berbagai kepentingan. Namun yang menjadi permasalahan sekarang mahasiswa yang mengklaim dirinya sebagai sosok yang idealis, independent, perannya sebagai sebuah kekuatan oposisi (netral) menjadi terhamburkan karena fenomena-fenomena yang muncul pada berkaitan dengan mahasiswa justru berkata sebaliknya.
Dalam sebuah bukunya Hasan Al-Banna mengatakan bahwa pemuda dalam hal ini mahasiswa merupakan pilar kebangkitan umat, karen adalam diri pemuda senantiasa melekat keimanan, ikhlas, semangat dan amal. Sebagaimana dalam firman-Nya : ”sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan kami tambahkan kepada mereka petunjuk”. (Al-kahfi 13). Dari ayat ini pula sudah cukup jelas bahwa mahasiswa dengan otak raksasanya memiliki kemamapuan dan peluang besar terhadap penentuan arah gerak dakwah Islam ini sehingga menuju suatu bentuk kehidupan Islami yang sohe’h.
Lagi-lagi permasalan muncul dari sana, mengacu pada kebanyakan fenomena yang ada pada saat ini berbagai label dan sebutan yang telah disebutkan diatas untuk mahasiswa serasa tidak layak lagi, karena justru sebagaian besar dari mahasiswa muslimjustru menjadi pegiat-pegiat hedonisme dan isme-isme yang lainnya yang sebenanya semua itu adalah tidak layak dilakukan oleh mahasiswa muslim. Belum lagi pengaruh dari kondisi kehidupan sosial budaya diBali yang telah mengadopsi budaya-budaya barat dengan wisatawan-wisatawan sebagai agennya. Dari sinilah sebenarnya perlu dilakukan suatu tindakan pembaharuan dan penyadaaran terhadap mahasiswa khsusnya mahasiwa muslim untuk kembali kepada Islam secara syamil. Setelah tindakan penyadaran dilakukan maka suatu langkah pembinaan sangat penting juga untuk dillakukan sebagai upaya untuk mnesinkronkan dan menyeragamkan bahwa gerakan tauhidulloh sangat penting sekali untuk dilakukan terkait dengan gambaran umat pada saat sekarang ini.
Setelah beberap hal tersebut dapat berjalan maka aplikasi lapanganpun akan dapat dengan mudah dilakukan, tinggal memikirkan tataran teknisnya seperti apa. Peran mahasiswa yang menempati posisi midle dalam strata sosial masyarakat diharapkan dengan terbentuknya pribadi-pribadi mahasiwa muslim yang sohe’h dapat mengakat para masyarakat yang menempati posisi grass root untuk naik kedalam posisi menengah dengan segala kefahaman, kecerdasan dan keintektualannya dalam menjalankan syari’at Islam yang lurus dan benar. Sehingga ketika hal itu semua dapat berjalan secara baik dan berkesinambungan, maka kejayaan dakwah Islam di Pulau Bali ini akan berada digenggaman tangan kaum mukminin sebagai bentuk pengabsian terhadap Alloh SWT.

Selasa, 19 Agustus 2008

PUSKOMDA BALI COME BACK

Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Hari ini, bulan ini, tahun ini adalah lembaran baru bagi kami. Itulah yang selalu menjadi sebuah semangat yang selalu memberikan harapan baru dalam setiap gerak langkah kami dikala kami senantiasa menyongsong mentari pagi.